Pendidikan formal merupakan hal yang penting untuk setiap orang. Terutama untuk anak-anak yang tentunya harus belajar banyak hal sebelum akhirnya mereka tumbuh dewasa dan mengenal dunia yang sebenarnya. Khususnya di Indonesia, pendidikan formal sangatlah penting. Mereka yang tidak sekolah maka akan mendapatkan kesulitan nantinya, terutama dalam hal mencari kerja. Pendidikan terakhir yang kalian miliki menentukan apa pekerjaan yang bisa kalian dapatkan, dan berapa besar gaji yang kalian terima setiap bulannya.
Namun hal ini sepertinya tidak berlaku untuk seorang anak berusia 15 tahun, Jordan, yang tidak melanjutkan sekolahnya lantaran ingin menjadi atlet esports; Fortnite. Hal ini nyatanya mendapat dukungan penuh dari pihak keluarga, khususnya dari sang ayah. Sang ayah tentunya tau betul apa yang ia lakukan. Melihat perkembangan dunia esports yang memiliki masa depan menjanjikan. Tak hanya dukungan moril, sang ayah juga memberikan anaknya dukungan dengan cara membelikan peralatan komputer seharga 400 juta rupiah, menunda liburan mereka agar si anak dapat melakukan latihan, dan bahkan membelikan mobil mewah Maserati dengan plat nomor yang tertulis gaming tag.
Sang ayah juga mengatakan bahwa anaknya tersebut memang memiliki keahlian di bidang game sejak usia 3 tahun dan pernah menjuarai beberapa kompetisi game saat usia 12 tahun.
Meski mendapatkan cibiran dari orang banyak akan keputusan David, tapi hal tersebut tidak akan mengubah apa yang sudah ia pikirkan matang-matang. Menurutnya keputusan menjadi atlet esports adalah yang terbaik untuk sang anak dan ini juga sudah terbukti dengan Jordan yang menghasilkan sekitar 800 juta rupiah dari bermain video game. Uang sebanyak itu diinvestasikan oleh sang ayah atas nama Jordan.
Bagaimana menurut kalian? Apakah hal tersebut bisa diterima di masyarakat Indonesia?